Berita

Ketua LPA Sumut Angkat Bicara Soal Kasus Ayah yang Tega Menghancurkan Hidup Putri Kandungnya di Madina

34
×

Ketua LPA Sumut Angkat Bicara Soal Kasus Ayah yang Tega Menghancurkan Hidup Putri Kandungnya di Madina

Sebarkan artikel ini
Ketua LPA Sumut Angkat Bicara Soal Kasus Ayah yang Tega Menghancurkan Hidup Putri Kandungnya di Madina

Panyabungan – Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Sumatera Utara, Muniruddin Ritonga, langsung menyoroti kasus keji seorang ayah yang tega memperkosa dan melecehkan dua putri kandungnya di Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina). Ia menegaskan, kasus ini tidak cukup hanya diselesaikan secara hukum, tapi juga butuh langkah serius untuk memulihkan mental anak-anak korban.

“Kami sangat menghargai respons cepat dari pihak kepolisian terhadap kasus yang sangat memilukan ini. Kami harap pelaku bisa dihukum seberat-beratnya sebagai pelajaran bagi yang lain,” kata Munir, begitu ia biasa disapa, dalam percakapan via telepon, Selasa (26/5/2025).

Anggota DPRD Sumut dari PKB itu menambahkan, kasus kekerasan terhadap anak di bawah umur harus jadi perhatian ekstra karena dampaknya sangat kompleks. Itulah kenapa, menurutnya, penanganan kasus tidak berhenti di penangkapan dan hukuman, tetapi juga harus disertai terapi pemulihan trauma bagi para korban.

Munir juga menilai kasus seorang ayah yang merusak masa depan putrinya sendiri ini bukan hanya melukai hati korban dan ibunya, tetapi juga bikin resah seluruh masyarakat. “Maraknya kasus pelecehan seksual akhir-akhir ini jelas bikin orang tua cemas. Rasanya, sudah tidak ada lagi tempat yang benar-benar aman dan nyaman buat anak-anak kita,” ujar mantan aktivis PMII ini.

Ia menjelaskan, ada banyak faktor yang memicu peningkatan kasus kekerasan seksual pada anak, entah pelakunya keluarga sendiri atau orang lain.

Salah satu faktor utamanya, kata dia, adalah kian memudarnya nilai-nilai agama di masyarakat, yang berujung pada kemerosotan moral.

“Kita harus sadar, saat ini ada dekadensi moral yang terjadi akibat derasnya arus globalisasi dan digitalisasi yang tak terkontrol,” jelasnya.

Selain itu, Munir juga menyebut struktur sosial masyarakat yang kurang mendukung gerakan perlindungan anak turut andil dalam peningkatan kasus kekerasan seksual terhadap anak.

READ  DPW PKB Provinsi Sumatera mengadakan Tasyakuran dan Doa bersama sekaligus penyantunan anak yatim dan kaum duafa a

“Belum lagi upaya pemerintah yang terasa kurang maksimal dalam menyelesaikan kasus-kasus yang melibatkan anak karena masalah anggaran,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *